Mancanegara

Organisasi Yahudi AS: Israel Langgar Gencatan Senjata Gaza 500 Kali

Badai menghancurkan 22 ribu tenda pengungsi warga Palestina. (Daysofpal)
Badai menghancurkan 22 ribu tenda pengungsi warga Palestina. (Daysofpal)

REPUBLIKA NETWORK, SEKITARKALTIM – Sebuah organisasi Yahudi Amerika melaporkan, pendudukan Israel telah melakukan hampir 500 pelanggaran perjanjian gencatan senjata di Gaza sejak perjanjian tersebut berlaku.

Organisasi tersebut memperingatkan serangan yang sedang berlangsung termasuk kelanjutan dari genosida. Kelompok Jewish Voice for Peace menyatakan pasukan pendudukan Israel melanggar gencatan senjata Gaza sebanyak 500 kali selama 44 hari terakhir, meski kesepakatan gencatan senjata dicapai pada tanggal awal Oktober.

“Genosida belum berhenti, bahkan dengan adanya gencatan senjata,” ungkap organisasi tersebut, dilaporkan Days of Palestine, Kamis.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Menurut laporan setempat, pasukan Israel terus melancarkan serangan udara setiap hari, menghancurkan rumah-rumah, dan secara langsung menargetkan warga sipil di seluruh Jalur Gaza.

Kantor Media Pemerintah di Gaza mengonfirmasi, Israel telah melakukan 497 pelanggaran sejak gencatan senjata dimulai.

Akibatnya, sebanyak 342 kematian warga sipil Palestina, kebanyakan dari mereka anak-anak, wanita, dan orang tua, serta 875 orang terluka.

Selain itu, 35 orang telah ditahan sewenang-wenang selama serangan dan penyerbuan Israel.

Sumber-sumber PBB dan media telah mendokumentasikan serangan Israel dan operasi militer berulang kali selama masa gencatan senjata. Hasilnya, infrastruktur sipil penting, bangunan tempat tinggal, dan upaya bantuan kemanusiaan sering menjadi sasaran.

Jewish Voice for Peace dan kelompok hak asasi manusia telah mengutuk tindakan ini, memperingatkan bahwa pelanggaran sistematis terhadap gencatan senjata tak hanya merusak prospek perdamaian, tapi juga melanggengkan bencana kemanusiaan dan penderitaan kolektif di Gaza.

GMO: Badai Menghancurkan Tenda 22.000 Keluarga Pengungsi

Kepala Kantor Media Pemerintah (GMO) di Gaza, Ismail Al-Thawabteh, mengumumkan pada Rabu bahwa badai dahsyat yang menghantam Jalur Gaza pada Selasa menyebabkan kerusakan besar sekitar 22.000 tenda.

Padhaal tenda-tenda tersebut menampung keluarga-keluarga yang mengungsi, menyebabkan lebih dari 288.000 orang terpapar cuaca buruk.

Al-Thawabteh mengatakan dalam jumpa pers bahwa badai tersebut menimbulkan kerugian sekitar $3,5 juta setelah hujan lebat menggenangi sebagian besar kamp pengungsian, sehingga tidak layak untuk dijadikan tempat berlindung sementara.

Ia menjelaska, sistem pembuangan limbah darurat mengalami kerusakan parah, air membanjiri koridor sekolah yang digunakan sebagai tempat berlindung. Selain itu jaringan air terganggu, sehingga memperparah situasi kemanusiaan yang sudah mengerikan.

Ia menambahkan bahwa kerugian yang signifikan tercatat di sektor pangan, dengan stok bantuan yang besar rusak dan pasokan yang seharusnya didistribusikan hancur.

Lebih dari 10 klinik medis keliling juga terpaksa berhenti beroperasi, dan obat-obatan serta peralatan penting hilang karena sulitnya menjangkau daerah-daerah yang terdampak banjir.

Kondisi semakin memburuk karena cuaca yang tidak menentu sejak Senin malam hingga Selasa malam. Hujan yang terus-menerus telah menambah penderitaan keluarga-keluarga pengungsi yang tinggal di tenda-tenda.

Rekaman dari seluruh Jalur Gaza menunjukkan puluhan tenda terendam banjir, air membasahi kasur dan pakaian, sehingga keluarga terpaksa mencari tempat kering untuk berlindung.

Air hujan juga memasuki ruang operasi di Rumah Sakit Lapangan Kuwait di Khan Yunis di Gaza selatan, sementara air yang terkumpul di jalan mengganggu pergerakan pejalan kaki dan kereta keledai.

Guterres: Palestina Punya Hak Tentukan Nasib Sendiri

Di sisi lain, Sekretaris Jenderal PBB António Guterres mengatakan pada Selasa bahwa rakyat Palestina memiliki hak atas martabat, keadilan, dan penentuan nasib sendiri seperti bangsa lainnya.

Ia menegaskan kembali bahwa kenegaraan adalah hak mereka dan memperbarui seruannya untuk mengakhiri pendudukan "melanggar hukum" atas wilayah Palestina.

Berbicara pada pertemuan khusus yang memperingati Hari Solidaritas Internasional dengan Rakyat Palestina, Guterres mengutip kehancuran di Gaza selama dua tahun terakhir.

Ia mengatakan serangan perang genosida Israel telah menewaskan lebih dari 70.000 orang, melukai ratusan ribu orang dan mengakibatkan kehancuran infrastruktur yang hampir total, sementara kelaparan, penyakit, dan trauma psikologis telah menyebar luas.

Menurutnya warga Palestina di Tepi Barat yang diduduki, termasuk Yerusalem Timur, telah menghadapi “kesulitan yang tak terlukiskan” di tengah operasi militer Israel, kekerasan pemukim, perluasan permukiman, penggusuran, dan pembongkaran.

Guterres mengatakan gencatan senjata yang disepakati pada bulan Oktober menawarkan “secercah harapan,” menyebut resolusi Dewan Keamanan PBB tentang Gaza sebagai langkah penting menuju konsolidasinya.

Ia mengucapkan terima kasih kepada para mediator, khususnya Mesir, Qatar, Turki, dan Amerika Serikat, serta mendesak semua pihak sepenuhnya mematuhi dan “bergerak cepat ke fase berikutnya,” menerjemahkan momentum diplomatik menjadi kemajuan nyata yang mendesak di lapangan.

"Bantuan kemanusiaan yang menyelamatkan nyawa harus masuk ke Gaza tanpa hambatan dan dalam skala besar," ujarnya, seraya menekankan kewajiban Israel sudah jelas sebagaimana diuraikan dalam opini nasihat Mahkamah Internasional baru-baru ini.

Ia mendesak negara-negara anggota PBB untuk memenuhi target pendanaan sebesar $4 miliar untuk permohonan darurat wilayah Palestina yang diduduki tersebut.

Ia juga menekankan UNRWA tetap menjadi jalur kehidupan bagi jutaan warga Palestina dan harus didukung di Tepi Barat, di Gaza, dan dalam pekerjaannya dengan para pengungsi di seluruh wilayah.

Guterres mencatat bahwa lebih banyak wartawan yang terbunuh selama dua tahun terakhir dibandingkan dalam konflik mana pun sejak Perang Dunia II, sebagian besar dari mereka adalah warga Palestina.

Ia mengatakan perang juga telah merenggut sejumlah besar pekerja kemanusiaan, sebagian besar staf UNRWA dan lagi-lagi sebagian besar warga Palestina.

"Meneguhkan keadilan bagi Palestina berarti menegakkan hak asasi manusia dan supremasi hukum di mana pun," ujarnya.

Ia menyimpulkan bahwa Perserikatan Bangsa-Bangsa “tidak akan pernah mundur” dari komitmennya terhadap rakyat Palestina dan hak mereka untuk menentukan nasib sendiri.

“Pada Hari Solidaritas Internasional ini, mari kita ubah harapan menjadi tindakan, dan bantu pohon zaitun tumbuh kembali,” ujarnya.

Mila

Berita Terkait

Image

Brutal! Israel Jatuhkan Bom Lagi di Kamp Pengungsi Jabalia

Image

Brutal! Israel Jatuhkan Bom Lagi di Kamp Pengungsi Jabalia

Image

Jebakan Batman Terowongan Hamas

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Sekitarkaltim.ID -