TNI Mulai Seleksi Tentara Pilihan ke Gaza, MUI Ingatkan soal Jebakan

REPUBLIKA NETWORK, SEKITARKALTIM – Pemerintah Indonesia menyatakan menyambut pengadopsian Resolusi Dewan Keamanan PBB 2803.
Resolusi itu memberi dukungan rencana perdamaian Jalur Gaza yang dicetuskan Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada 29 September 2025. Salah satu isi rencana Trump, yakni pembentukan Pasukan Stabilisasi Internasional atau International Stabilization Force (ISF) di Gaza.
Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) Mabes TNI Mayor Jenderal TNI Freddy Ardianzah mengatakan saat ini seleksi prajurit untuk dikirim sebagai pasukan perdamaian ke Gaza masih berlangsung.
Seleksi dilakukan di masing-masing matra TNI.
"Untuk proses seleksi masih di tingkat matra masing-masing berupa perencanaan, sambil menunggu mandat final Dewan Keamanan PBB dan keputusan politik Pemerintah," papar Freddy saat dikonfirmasi Republika, Selasa.
Menurut Freddy, proses seleksi meliputi beragam tahapan. Salah satunya pengalaman prajurit menjalani misi kemanusiaan di dalam maupun luar negeri. Usai proses seleksi di tiap matra selesai, barulah pihak Mabes TNI akan menerima daftar nama-nama prajurit tersebut.
Namun, sampai kini belum ada daftar nama yang diterima Mabes TNI.
:Yang dilakukan baru sebatas pendataan kesiapan satuan di tiga Matra sesuai Protap Operasi Luar Negeri," jelas Freddy.
Sebelumnya, Freddy mengatakan TNI menyiapkan ragam peralatan kesehatan dan alat-alat konstruksi untuk dikirim ke Gaza.
Alat-alat itu dikerahkan bersamaan dengan pengiriman 20.000 personel TNI di bidang kesehatan dan Zeni Konstruksi.
"Seperti fasilitas rumah sakit lapangan, peralatan medis emergensi, ambulans, perlengkapan air bersih dan sanitasi, serta kemampuan konstruksi Zeni termasuk alat berat dan sarana rekonstruksi," kata Freddy.
Ia menjelaskan ragam peralatan kesehatan itu akan dipakai pasukan untuk melayani warga korban perang. Selain itu, peralatan konstruksi yang dibawa pasukan Zeni akan digunakan untuk membangun beberapa fasilitas umum untuk warga.
Freddy melanjutkan, ke 20.000 personel TNI yang dikirim sudah memiliki pengalaman dalam menjalankan misi perdamaian.
Mereka, kata Freddy, hanya perlu melakoni beberapa pelatihan untuk memantapkan persiapan ke Gaza.
Hingga saat ini, TNI masih menunggu persetujuan dari pemerintah dan pihak Persatuan Bangsa Bangsa ihwal pengiriman pasukan ke Gaza.
MUI Minta RI Jangan Sampai Kena Jebakan Batman Amerika AS
Ketua Majelis Ulama Indonesia Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerjasama Internasional, Prof Sudarnoto Abdul Hakim mengingatkan Pemerintah Republik Indonesia untuk bersikap sangat berhati-hati ihwal rencana pengiriman pasukan stabilisasi ke Gaza di bawah mandat PBB.
Peringatan ini disampaikan menyusul skema pelucutan senjata Hamas sebagai syarat utama pengerahan pasukan, yang dinilai rawan menjerumuskan Indonesia ke dalam agenda politik Amerika Serikat dan Israel.
Sudarnoto menegaskan, komitmen Indonesia terhadap Palestina harus tetap istiqamah, sebagaimana garis politik luar negeri yang selama ini dipegang teguh.
“Indonesia harus tetap berkomitmen, berkonsisten istiqomah untuk membela Palestina demi keadilan, demi perdamaian dunia,” ujarnya usia konferensi pers Munas XI MUI, Selasa (18/11/2025).
Ia merujuk pada pernyataan Presiden Prabowo Subianto yang membuka kemungkinan pengerahan hingga 20 ribu pasukan ke Gaza.
Menurutnya, skema yang diajukan AS dan Israel, terutama soal pelucutan senjata Hamas, jelas berpotensi menimbulkan ketegangan baru dan mengancam posisi Indonesia di mata kelompok perlawanan Palestina.
“Kita sudah tahu kawan-kawan dari perlawanan Hamas dan lainnya sudah menolak, enggak mau, karena ini keputusan langkah-langkah yang sebetulnya ingin masuk lebih dalam dan menguasai Palestina dengan cara-cara baru,” ingat Sudarnoto.
Menurutnya, syarat tersebut muslihat politik yang harus diwaspadai karena dapat menjadi pintu masuk bagi dominasi baru Israel di Gaza.
Sudarnoto menyebut pemerintah Indonesia memang memiliki niat baik dalam partisipasi pasukan stabilisasi, tetapi langkah tersebut tidak boleh sampai merugikan Palestina.
“Kami sangat berharap Presiden harus berhati-hati. Pengiriman tentara ya, tetapi jangan sampai masuk jebakan baru Amerika sehingga malah justru merugikan Palestina. Ini penting sekali,” imbuhnya.
Ia mengingatkan, jika Israel tidak akan pernah rela melihat langkah apa pun yang dianggap merugikan kepentingannya.
“Bagaimanapun juga Israel itu tidak pernah rela. Ayat Alquran-nya kan ada, itu nggak akan pernah rela kalau kemudian Israel merasa dirugikan. Karena itu memang harus berhati-hati," jelas Sudarnoto.
MUI memandang kewaspadaan tidak hanya perlu dilakukan Indonesia, tetapi juga negara lain yang berpotensi terlibat dalam operasi ini.
“Saya kira tidak saja Indonesia, kawan-kawan lain negara-negara lain seperti Mesir dan sebagainya memang perlu berhati-hati dengan langkah yang terakhir dari sekarang ini sudah dilakukan oleh Amerika dan Israel,” kata Sudarnoto.
Ia menilai, resolusi DK PBB yang meloloskan pasukan stabilisasi Gaza harus dibaca jernih dan kritis, penolakannya oleh Hamas menunjukkan situasi di lapangan sangat sensitif dan penuh potensi konflik.
Republilka