Mancanegara

Genosida: Hampir 300 Ribu Keluarga Palestina Kehilangan Tempat Tinggal

Penduduk Palestina banyak kehilangan tempat tinggal. (Daysofpal)
Penduduk Palestina banyak kehilangan tempat tinggal. (Daysofpal)

REPUBLIKA NETWORK, SEKITARKALTIM – Kantor Media Pemerintah Gaza mengumumkan pada hari Kamis bahwa genosida penjajah Israel telah menghancurkan sekitar 268.000 rumah, membuat sekitar 288.000 keluarga Palestina kehilangan tempat tinggal dan memicu krisis perumahan yang parah.

Menurut UNRWA, hampir seluruh penduduk Gaza telah mengungsi setidaknya sekali sejak perang dimulai.

Banyak keluarga yang mencoba kembali ke rumah setelah gencatan senjata mendapati bahwa lingkungan mereka telah rata dengan tanah, menurut laporan Days of Palestine, Kamis.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Mengutip citra satelit dari Pusat Satelit PBB, UNRWA melaporkan sekitar 81 persen dari seluruh bangunan di Gaza telah rusak atau hancur.

Jumlah ini menajdi indikator nyata dari skala kehancuran yang disebabkan oleh pemboman Israel selama berbulan-bulan.

Serangan tersebut telah meratakan bangunan tempat tinggal, rumah sakit, dan infrastruktur air, sehingga mengakibatkan sebagian besar layanan penting di Gaza hancur.

Meskipun gencatan senjata telah diumumkan, pendudukan Israel terus memberlakukan blokade yang melumpuhkan, menutup perlintasan perbatasan.

Bahkan mencegah masuknya pasokan kemanusiaan vital dan material rekonstruksi.

Kementerian Kesehatan Gaza menyatakan lebih dari 68.875 warga Palestina telah tewas sejak Oktober 2023, sementara 10.000 orang lainnya masih hilang dan diduga tewas.

Para pejabat juga melaporkan pendudukan Israel telah melakukan lebih dari 200 pelanggaran gencatan senjata sejak gencatan senjata berlaku pada 10 Oktober.

Gaza Alami Krisis Air Parah Meski Gencatan Senjata

Jalur Gaza terus mengalami kekurangan air yang parah, akibat penghancuran infrastruktur vital oleh Israel dan pembatasan pasokan bahan bakar yang menghambat upaya pemulihan sistem air di wilayah tersebut.

Pemerintah setempat menyatakan Gaza saat ini hanya menerima sekitar 15 persen dari kebutuhan airnya.

Juru Bicara Pemerintah Kota Gaza, Hosni Muhanna, menyatakan populasi lebih dari dua juta orang menerima sekitar 100.000 meter kubik air per hari.

Hal ini, dilaporkan Days of Palestine pada Kamis, hampir tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar. Kerusakan yang ditimbulkan selama genosida Israel sepanjang dua tahun, menyebabkan sebagian besar sumur dan instalasi desalinasi di Gaza tidak beroperasi. Hanya 17 dari 88 sumur yang masih berfungsi.

Wilayah ini kini sangat bergantung pasokan yang tidak stabil dari perusahaan air nasional Israel, Mekorot, yang menyediakan sekitar 15.000 meter kubik air setiap hari.

Bahkan sebelum genosida dimulai Oktober 2023, sebagian besar air Gaza tidak dapat diminum karena blokade yang berkepanjangan.

Menurut UNICEF, awal tahun 2020, hanya 10 persen penduduk Gaza yang memiliki akses langsung ke air bersih. Selanjutnya sekitar separuh penduduk tidak memiliki layanan sanitasi yang memadai. Salinitas yang tinggi di banyak daerah memaksa banyak keluarga untuk membeli air untuk minum dan mandi.

Pada awal genosida, mantan Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant, yang dicari Pengadilan Kriminal Internasional atas kejahatan perang, mengumumkan blokade total, memutus listrik, makanan, bahan bakar, dan air ke Gaza.

Pasukan Israel juga menargetkan fasilitas air, pabrik desalinasi, dan jaringan pipa, yang menyebabkan dehidrasi meluas di antara penduduk.

Muhanna menjelaskan bahwa memperbaiki infrastruktur air yang rusak hampir mustahil dilakukan karena kelangkaan bahan bakar yang sedang berlangsung dan pembatasan impor peralatan.

Keduanya melanggar perjanjian gencatan senjata. Situasi ini diperparah terkumpulnya sekitar 260.000 ton limbah, yang menimbulkan bahaya lingkungan yang besar.

Pemerintah kota telah berhasil membersihkan sekitar 50.000 ton puing, tetapi lebih dari 20 juta ton masih tersisa, yang membutuhkan alat berat dan bantuan internasional.

Kota ini juga kehilangan 134 kendaraan dan peralatan penting yang digunakan untuk sanitasi dan rekonstruksi. Program Lingkungan PBB (UNEP) memperkirakan pemboman Israel menghancurkan atau merusak sekitar 250.000 bangunan, menghasilkan sekitar 61 juta ton puing.

Badan tersebut memperingatkan hingga 15 persen material ini dapat terkontaminasi asbes atau zat beracun, yang menimbulkan risiko kesehatan dan lingkungan jangka panjang.

Direktur eksekutif UNEP, Inger Andersen, memperingatkan bahwa pengabaian yang berkelanjutan dapat meninggalkan Gaza dengan “warisan kerusakan lingkungan” yang akan membahayakan generasi mendatang.

Menambah krisis, laporan dari Haaretz mengungkapkan bahwa truk-truk Israel telah membuang limbah konstruksi ke dalam Gaza, yang semakin memperburuk kerusakan lingkungan dan menghambat upaya pemulihan.

Mila

Berita Terkait

Image

Brutal! Israel Jatuhkan Bom Lagi di Kamp Pengungsi Jabalia

Image

Brutal! Israel Jatuhkan Bom Lagi di Kamp Pengungsi Jabalia

Image

Jebakan Batman Terowongan Hamas

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Sekitarkaltim.ID -