IOF Langgar Gencatan Senjata dengan Serangan Bom Baru di Gaza

REPUBLIKA NETWORK, SEKITARKALTIM – Israel Occupation Force atau IOF melancarkan serangkaian serangan udara, pemboman artileri, dan serangan laut di Jalur Gaza pada hari Selasa.
Serangan itu digambarkan pejabat dan penduduk Palestina sebagai pelanggaran terang-terangan terhadap perjanjian gencatan senjata yang rapuh yang diumumkan hampir sebulan lalu.
Sejak fajar, pesawat tempur dan unit artileri Israel telah menggempur Kota Gaza timur, Khan Younis, dan Deir al-Balah, menghancurkan bangunan tempat tinggal.
Sekaligus memperdalam bencana kemanusiaan di daerah kantong yang terkepung itu, menurut laporan Days of Palestine, Rabu. Saksi mata melaporkan seluruh blok perumahan hancur menjadi puing-puing, keluarga yang terjebak di dalamnya berjuang mencari tempat berlindung di tengah kekacauan.
Di Kota Gaza, para saksi mata menggambarkan "sabuk api" dari pesawat tempur Israel yang menyapu distrik Al-Tuffah dan Al-Shaaf.
Akibatnya memicu kebakaran yang meluas dan memaksa ribuan penduduk mengungsi ke jalan-jalan dan sekolah-sekolah di dekatnya untuk mencari perlindungan.
Penembakan artileri berat juga menghantam pinggiran timur Kota Gaza dan Khan Younis. Sedangkan di Gaza tengah, serangan menargetkan rumah-rumah di dekat Deir al-Balah timur.
Selain itu, di kota selatan Rafah, pasukan angkatan laut Israel melepaskan tembakan di sepanjang pantai, yang semakin meningkatkan ketakutan di antara keluarga-keluarga pengungsi yang berlindung di tenda-tenda yang penuh sesak di dekat pantai.
Gencatan senjata, yang diumumkan pada 10 Oktober, dimaksudkan untuk menghentikan permusuhan dan memungkinkan bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza.
Namun, menurut Kementerian Kesehatan Gaza, pelanggaran Israel terus berlanjut setiap hari.
Sejak gencatan senjata, setidaknya 241 warga Palestina telah tewas dan lebih dari 607 lainnya luka-luka, sementara tim penyelamat telah menemukan 511 jenazah lagi dari bawah rumah dan puing-puing.
Secara keseluruhan, praktik genosida Israel kini telah menewaskan 68.872 orang dan melukai 170.677 orang sejak 7 Oktober 2023, ketika serangan skala besar dimulai.
Organisasi kemanusiaan memperingatkan bahwa seluruh lingkungan telah hancur, menyebabkan ratusan ribu orang kehilangan tempat tinggal dan mengungsi.
Makanan, air, dan perlengkapan medis masih sangat langka, dan rumah sakit beroperasi hanya dengan sebagian kecil kapasitasnya di tengah kekurangan bahan bakar yang parah dan hancurnya fasilitas medis utama.
Pemerintah daerah di Gaza mengutuk apa yang mereka sebut sebagai “penghancuran sistematis” wilayah sipil dan menuduh pendudukan Israel menggunakan gencatan senjata sebagai “kedok untuk melanjutkan pembersihan etnis.”
Meski semakin banyak bukti pelanggaran yang terus berlanjut, kekuatan internasional belum memberikan konsekuensi atau menegakkan ketentuan gencatan senjata.
Para pejabat Palestina telah mendesak PBB dan organisasi-organisasi kemanusiaan untuk segera campur tangan, memperingatkan bahwa penduduk Gaza menghadapi “keruntuhan total” di bawah pemboman dan pengepungan yang sedang berlangsung.
Saat dunia sebagian besar masih diam, penduduk Gaza terus menggali reruntuhan, mencari korban selamat, orang-orang terkasih, dan jejak kehidupan normal di kota yang sudah tidak ada lagi.
IOF Tangkap Lebih dari 60 Warga Palestina
Pasukan pendudukan Israel (IOF) melakukan kampanye penangkapan massal Rabu dini hari di kota Beit Ummar, utara Hebron.
Mereka menahan sedikitnya 60 warga Palestina, yang sebagian besar adalah mantan tahanan, menurut Pusat Informasi Palestina.
Sumber-sumber lokal mengatakan puluhan kendaraan militer Israel menyerbu kota itu sebelum fajar, menyerbu rumah-rumah, mengacak-acak properti, dan mengumpulkan penduduk di beberapa lingkungan.
Selama operasi yang berlangsung berjam-jam, tentara dilaporkan mengubah lapangan sepak bola kota itu menjadi tempat interogasi darurat, tempat para tahanan dikumpulkan, diinterogasi, dan diborgol sebelum dibawa ke lokasi yang tidak diketahui.
Para saksi mata menggambarkan suasana kekacauan saat pasukan memblokir jalan utama, mendirikan pos pemeriksaan. Serta mencegah ambulans dan jurnalis memasuki area tersebut.
Beberapa keluarga mengatakan rumah mereka digeledah dengan kekerasan, sementara tentara menyita ponsel dan dokumen.
Para tahanan termasuk beberapa mantan tahanan politik yang sebelumnya ditahan di penjara Israel, serta pemuda dan remaja yang dituduh berpartisipasi dalam protes menentang pendudukan.
Penduduk Beit Ummar mengatakan kota itu telah menghadapi serangan militer intensif dalam beberapa minggu terakhir. Ini bagian dari eskalasi penangkapan Israel yang lebih luas di seluruh Tepi Barat yang diduduki.
Kelompok hak asasi manusia mengatakan penahanan massal ini bagian kampanye sistematis yang ditujukan untuk menghancurkan perlawanan lokal.
Sekaligus menyebarkan ketakutan di kalangan komunitas Palestina.
Menurut organisasi advokasi tahanan Palestina, lebih dari 10.000 warga Palestina saat ini ditahan di penjara Israel, termasuk ratusan wanita dan anak di bawah umur.
Banyak di antaranya tanpa dakwaan atau pengadilan berdasarkan perintah penahanan administratif.
Penangkapan hari Rabu terjadi di tengah meningkatnya aktivitas militer Israel di Tepi Barat sejak pecahnya perang Gaza pada Oktober 2023.
Tentara telah melakukan serangan harian ke kota-kota dan kamp-kamp pengungsi, yang mengakibatkan ribuan orang ditangkap dan ratusan warga Palestina terbunuh selama setahun terakhir.
Para pejabat lokal di Hebron mengecam serangan terbaru di Beit Ummar sebagai “hukuman kolektif” dan meminta organisasi internasional untuk campur tangan guna menghentikan “penindasan sistematis dan penculikan massal warga sipil.”
Mila