Mancanegara

Meski Palestina Diakui, Penjajah Israel Terus Tingkatkan Eskalasi Pembantaian

Satu dari tiga warga Gaza tak punya makanan berhari-hari. (Days of Palestine)
Satu dari tiga warga Gaza tak punya makanan berhari-hari. (Days of Palestine)

REPUBLIKA NETWORK, SEKITARKALTIM – Pengakuan negara Palestina oleh ratusan negara, tak membuat Isarel jera. Penjajah zionis Isarel justru meningkatkan eskalasi pembantaiannya dalam operasi genosida di Gaza. Pembantaian itu menwaskan sebuah keluarga Palestina beranggotakan sembilan orang.

Padahal, sampai September 2025, tercatat sudah 153 negara anggota PBB mengakui Palestina sebagai negara merdeka. Tetapi pengakuan itu tidak membuat penjajah Israel menghentikan serangan brutalnya.

Serangan terbaru menyebabkan satu anggota keluarga tewas saat pesawat tempur Israel mengebom rumah mereka di kamp pengungsi Nuseirat di Gaza tengah, dilaporkan Days of Palestine, Jumat.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Serangan itu tidak menyisakan korban selamat dari keluarga tersebut, termasuk suami, istri, dan anak-anak mereka, menurut para tetangga, yang menyebut ledakan itu "ledakan yang sangat keras".

Serangan Nuseirat bagian dari malam mematikan lainnya di Jalur Gaza. Di kamp Shati, sebelah barat Kota Gaza, empat anggota keluarga lainnya tewas ketika rumah mereka diserang.

Petugas pertahanan sipil mengatakan puluhan orang masih terjebak di bawah reruntuhan, tetapi tim penyelamat menjadi sasaran quadcopter Israel saat mereka berupaya menyelamatkan nyawa.

Pengeboman besar-besaran dan operasi darat terus berlanjut di Gaza.

Di Kota Gaza, pasukan Israel meledakkan kendaraan lapis baja berisi bahan peledak di permukiman, termasuk Tal al-Hawa, Sabra, dan Nasr, menghancurkan rumah-rumah warga sipil dan melepaskan tembakan gencar.

Serangan juga menargetkan wilayah al-Rayyes, adapun sumber rumah sakit melaporkan korban jiwa di dekat pusat bantuan persimpangan Netzarim.

Kekerasan meluas ke selatan saat kapal perang Israel menembaki pantai Khan Yunis, sementara artileri dan serangan udara menghantam distrik tengah dan utara.

Rumah sakit di Gaza melaporkan sedikitnya 48 warga Palestina tewas sejak fajar pada Sabtu, termasuk 25 orang di Kota Gaza saja.

Menurut otoritas kesehatan Gaza, serangan Israel selama 23 bulan, yang didukung AS, telah menewaskan 65.549 warga Palestina dan melukai 167.518 lainnya, sebagian besar perempuan dan anak-anak. Setidaknya 442 orang meninggal dunia akibat kelaparan akibat blokade, termasuk 147 anak-anak.

PBB: Bantuan Terhambat saat Israel Tingkatkan Serangan

Perserikatan Bangsa-Bangsa telah memperingatkan pengiriman bantuan saat ini ke Gaza sangat tidak mencukupi untuk memenuhi skala bencana kemanusiaan yang disebabkan oleh serangan mematikan Israel selama hampir dua tahun.

Kepala Operasional Program Pangan Dunia, Carl Skau, menggambarkan bantuan yang mengalir deras itu sebagai "setetes air di lautan" di luar markas besar PBB di New York.

Menurut Skau sekitar 80 truk makanan dan pasokan dikirimkan setiap hari WFP, jauh di bawah 500 hingga 600 truk yang sangat dibutuhkan.

"Kami tidak dapat menjangkau warga Palestina di utara, tempat pertempuran paling sengit, dan dengan hancurnya hukum dan ketertiban di Gaza, mereka yang paling rentan tidak menerima bantuan," kata Skau.

Peringatan ini muncul seiring situasi di Gaza yang semakin memburuk.

Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) melaporkan pemboman Israel di Kota Gaza dalam beberapa hari terakhir telah menargetkan tenda-tenda pengungsi, blok-blok perumahan, dan infrastruktur publik.

Perintah evakuasi, penembakan terus-menerus, dan persediaan yang menipis mengancam runtuhnya layanan penting, termasuk ambulans, fasilitas kesehatan, program gizi, dan dapur umum.

OCHA juga mengecam meningkatnya pembatasan bantuan oleh Israel.

Penyeberangan Zikim, satu-satunya akses langsung ke Gaza utara yang dilanda kelaparan, telah ditutup sejak akhir pekan lalu.

Selain itu beberapa bahan makanan, seperti selai kacang, telah dilarang karena dianggap "mewah", sehingga berton-ton bantuan yang diperoleh terlantar di luar wilayah kantong tersebut.

Konvoi kemanusiaan menghadapi aturan pemeriksaan yang tak bisa diprediksi. Termasuk penolakan pergerakan yang berulang: pada hari Rabu, Israel memblokir tiga dari 14 misi bantuan yang direncanakan, termasuk dua yang dimaksudkan untuk mengirimkan makanan ke utara.

Kekecewaan internasional semakin memuncak.

Berbicara di sidang ke-80 Majelis Umum PBB, Menteri Luar Negeri Selandia Baru, Winston Peters, mendesak gencatan senjata segera, pembebasan sandera, dan akses bantuan tanpa hambatan.

Wellington, katanya, akan meningkatkan kontribusi keuangannya untuk upaya bantuan Gaza, meskipun ia mencatat bahwa pemerintahnya belum siap untuk mengakui negara Palestina.

"Sejak serangan 7 Oktober, kami telah berulang kali menuntut gencatan senjata, pembebasan sandera yang tersisa, dan agar Israel mengizinkan bantuan vital mengalir ke Gaza. Itulah fokus kami," kata Peters.

PBB telah berulang kali menekankan peluang untuk memberi bantuan penyelamatan jiwa “diblokir secara sistematis,”di saat penduduk sipil Gaza menghadapi kelaparan di bawah pengepungan.

Mila

Berita Terkait

Image

Brutal! Israel Jatuhkan Bom Lagi di Kamp Pengungsi Jabalia

Image

Brutal! Israel Jatuhkan Bom Lagi di Kamp Pengungsi Jabalia

Image

Jebakan Batman Terowongan Hamas

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Sekitarkaltim.ID -