Mancanegara

Pasukan Zionis Kuasai Kapal Kemanusiaan yang Menuju Gaza, Relawan Diculik

Kapal Madleen, kapal bantuan kemanusiaan. (TRT Global via AA)
Kapal Madleen, kapal bantuan kemanusiaan. (TRT Global via AA)

REPUBLIKA NETWORK, SEKITARKALTIM – Pasukan Zionis Israel menyita kapal bantuan Madleen yang menuju Gaza dan menariknya ke Israel, kata Kementerian Luar Negeri Minggu malam, seraya menambahkan para aktivis di kapal akan dideportasi ke negara asal mereka.

Kapal Madleen, bagian dari misi kemanusiaan Freedom Flotilla, membawa bantuan mendesak untuk warga Gaza. Bantuan itu mencakup susu formula bayi, tepung, beras, popok, alat pemurni air, obat-obatan, alat kesehatan, kruk, dan alat prostetik untuk anak-anak.

Kapal berlayar dari Pelabuhan San Giovanni Li Cuti di Catania, Sisilia, Italia Selatan pada 1 Juni 2025. Kapal membawa 12 penumpang, termasuk 11 aktivis dan satu jurnalis.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Dalam sebuah pernyataan yang diunggah di X, kementerian tersebut mengatakan bahwa kapal tersebut “sedang menuju pantai Israel” dan bahwa “para penumpang diharapkan untuk kembali ke negara asal mereka”.

Koalisi Armada Kebebasan, dilansir TRTGlobal pada Senin (9/6/2025), mengatakan tentara Israel telah “menculik” para aktivis yang berada di atas kapal Madleen. Pasukan angkatan laut Israel menaiki Madleen di perairan internasional, menurut koalisi, yang mengatakan komunikasi kapal tersebut telah terputus.

Rekaman langsung menunjukkan kapal-kapal Israel mengepung kapal tersebut, dengan tentara memerintahkan para aktivis di atas kapal untuk mengangkat tangan mereka.

Anggota Parlemen Prancis Desak Macron

'Kami segera meminta koridor maritim untuk mengirimkan bantuan kemanusiaan ke atas kapal,' kata Rima Hassan, menurut laporan TRT Global.

Rima Hassan, anggota Parlemen Eropa (EP) asal Prancis yang berada di atas Madleen, perahu layar Koalisi Armada Kebebasan yang berlayar untuk menerobos blokade di Gaza dan mengirimkan bantuan ke wilayah tersebut.

Ia meminta Presiden Emmanuel Macron untuk membantu memastikan kedatangan perahu layar itu dengan selamat di Gaza. Hassan menandai akun resmi Macron dan Kementerian Luar Negeri Prancis dalam sebuah unggahan di akun X miliknya, meminta bantuan beberapa jam sebelum mereka tiba di Gaza.

Rima Hassan mengatakan sirene dinyalakan di atas kapal Madleen setelah pesawat tak berawak menyemprot kapal dengan cairan putih.

Pelapor Khusus PBB Francesca Albanese mengonfirmasi bahwa dua pesawat tanpa awak terlihat di atas kepalanya, dan menggambarkannya sebagai “pesawat tanpa awak yang berbahaya”.

Kementerian Luar Negeri Israel mengatakan angkatan laut telah menginstruksikan Madleen untuk mengubah arah karena pendekatannya terhadap apa yang disebutnya sebagai “wilayah terlarang”.

Madleen, kapal sepanjang 18 meter, berlayar menuju Gaza pada tanggal 1 Juni dari Pelabuhan San Giovanni Li Cuti di Catania, Sisilia sebagai bagian dari misi terbaru yang diselenggarakan oleh Koalisi Armada Kebebasan untuk mematahkan blokade Israel dan mengirimkan bantuan ke Gaza.

Koalisi mengonfirmasi bahwa semua komunikasi dengan kapal tersebut telah terputus dan pasukan Israel telah mengambil alih kendali kapal tersebut.

Koalisi Armada Kebebasan mengatakan pada Senin pagi bahwa pasukan Israel telah "menaiki" kapal bantuan Madleen yang menuju Gaza. “Saya tidak akan melawan bahkan jika mereka membunuh saya,” kata nggota kru Madleen.

Seorang aktivis di atas kapal Madleen, yang mengirimkan bantuan kemanusiaan ke Gaza, mengatakan ia tidak akan menolak segala kemungkinan intervensi Israel dan akan mempertahankan sikap damai.

“Jika ada yang menyakiti saya, jika mereka membunuh saya, dan mereka tidak dapat membuktikannya dengan bukti visual, ketahuilah saya tidak mengambil tindakan apa pun. Bahkan jika mereka mengarahkan pistol ke kepala saya dan menembak, saya tidak akan mengangkat tangan. Saya tidak akan mengatakan sepatah kata pun, saya bahkan tidak akan menatap mata mereka.”

"Kami bergerak maju dengan damai, dan saya sangat menghormati teman-teman saya di kapal dan keselamatan mereka," kata Suayb Ordu di akun Instagram miliknya dalam sebuah video, menanggapi laporan media yang mengisyaratkan Israel tengah bersiap melakukan intervensi terhadap Madleen.

Koalisi Armada Kebebasan mengatakan alarm telah dibunyikan di atas kapal bantuan Madleen yang menuju Gaza, saat awak kapal mengenakan jaket pelampung untuk bersiap menghadapi kemungkinan intersepsi Israel.

Aktivis Thiago Avila, yang berada di atas kapal, melaporkan bahwa mereka "diserang" dan kapal-kapal Israel mengepung mereka.

Pelapor Khusus PBB Francesca Albanese mengonfirmasi lima kapal Israel mengelilingi Madleen, yang membawa bantuan kemanusiaan.

Di Gaza, Genosida Tewaskan 36 Korban Jiwa

Di Gaza, setidaknya 36 warga Palestina tewas, termasuk anak-anak, dan puluhan lainnya terluka ketika tentara Israel melanjutkan serangan genosida di Gaza pada hari ketiga Idul Adha.

Delapan orang tewas dalam serangan udara Israel di sebuah rumah di kota Jabalia di Gaza utara, Kantor Berita Palestina WAFA melaporkan.

Radio setempat Al-Aqsa melaporkan serangan Israel terhadap rumah dan tenda warga terlantar di Khan Younis menewaskan 10 warga Palestina, termasuk anak-anak.

Di Rafah barat, 13 warga Palestina tewas ketika tentara Israel menyerang mereka di dekat lokasi distribusi bantuan Yayasan Kemanusiaan Gaza Israel-Amerika yang kontroversial, menurut penyiar lokal.

Satu lagi warga Palestina tewas di dekat lokasi distribusi bantuan lainnya di daerah Koridor Netzarim di Gaza tengah, penyiar Palestina menambahkan.

Tentara Israel juga menewaskan empat warga Palestina dan melukai lainnya dalam serangan pesawat tak berawak yang menargetkan sekelompok warga sipil di Khan Younis.

Sementara itu tentara terus meledakkan rumah dan bangunan di daerah Jabalia dan Kota Gaza timur, menurut para saksi.

Sistem Kesehatan di Gaza Sangat Rapuh

"Dalam dua minggu terakhir, Rumah Sakit Lapangan Palang Merah di Rafah telah mengaktifkan prosedur penanganan korban massal sebanyak 12 kali, menerima banyak pasien dengan luka tembak dan pecahan peluru," kata organisasi tersebut dalam sebuah pernyataan.

Komite Palang Merah Internasional (ICRC) memperingatkan sistem perawatan kesehatan di Gaza sangat rapuh karena genosida dan blokade yang dilakukan Israel terus berlanjut.

“Sebagian besar pasien dari insiden baru-baru ini mengatakan bahwa mereka telah berusaha mencapai lokasi distribusi bantuan.” Badan kemanusiaan tersebut mengatakan bahwa layanan fasilitas perawatan kesehatan yang tersisa harus dipertahankan dan diperkuat untuk mencegah kematian yang dapat dicegah.

Peringatan itu muncul beberapa jam setelah Kantor Media Pemerintah Gaza melaporkan bahwa jumlah korban tewas dari lokasi distribusi bantuan Amerika-Israel telah meningkat menjadi 125, dengan 736 orang terluka dan 9 orang hilang sejak 27 Mei.

Mila

Berita Terkait

Image

Brutal! Israel Jatuhkan Bom Lagi di Kamp Pengungsi Jabalia

Image

Brutal! Israel Jatuhkan Bom Lagi di Kamp Pengungsi Jabalia

Image

Jebakan Batman Terowongan Hamas

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Sekitarkaltim.ID -