Sosok

Ikrimah bin Abu Jahal: Syahid dengan 70 Tikaman Pedang

Ilustrasi.
Ilustrasi.

REPUBLIKA NETWORK, SEKITARKALTIM – Abu Jahal dikenal sebagai salah satu pembenci Rasulullah. Anak Abu Jahal, yakni Ikrimah bin Abu Jahal sering menyaksikan ayahnya di Makkah tidak henti memusuhi umat Islam. Membenci Rasulullah dan bertekad membunuhnya.

Saat perang Badar, Abu Jahal menjadi salah satu aktor intelektual dalam mengatur strategi perang bagi kaum Kafir Quraisy. Ia sesumbar akan mengalahkan pasukan Muhammad Rasulullah.

Namun tanpa diduga, takdir berkata lain. Perang Badar adalah perang besar pertama yang dimenangkan kaum Muslimin. Dan Abu Jahal tewas dalam peperangan itu.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Ikrimah melihat kaumnya kalah dalam perang Badar. Ia membiarkan ayahnya tewas di tangan pasukan Muslim. Terpaksa, ia kembali ke Makkah tanpa sosok sang ayah, seperti saat berangkat ke medan Badar.

Waktu berlalu, hingga terjadi perang Uhud. Ikrimah mengendarai kudanya dengan membawa kemarahan dan api dendam kepada kaum Muslimin yang telah membunuh ayahnya. Dalam banyak perang, ia terus membawa bara kebencian kepada kaum Muslim, yang diwariskan ayahnya.

Bahkan, di perang Khandaq, Ikrimah juga menajdi salah satu dari anggota pasukan Kafir yang mengepung kota Madinah. Dr. Hamid Ahmad Ath-Thahir mengisahkan kisah Ikrimah, dalam bukunya bertajuk: Kisah Teladan 20 Sahabat Nabi Muhammad untuk Anak.

Di perang itu, mereka kaget bukan kepalang saat melihat parit besar yang belum pernah disaksikan sebelumnya. Parit itu membuat senjata mereka seakan tumpul, tak berguna di tangan mereka. Ikrimah dan pasukan kaum Kafir Quraisy bingung. Mau menyerang tidak bisa, tidak diserang sia-sia.

Mereka hanya bisa melakukan pengepungan dengan waktu cukup lama. Tapi sekian hari mereka hanya bisa mengepung tanpa bisa berbuat apa-apa, membuat Ikrimah tidak sabar. Api dendamnya menyala-nyala. Ia mengajak keluar ‘Amr bin Wud untuk menghampiri barisan Muslim yang menjaga parit, untuk duel satu lawan satu.

Pada kesempatan itu, Sayyidina Ali bin Abi Thalib, keluar menanggapi tantangan duel. Ia melawan ‘Amr bin Wud dan menang telak dengan memenggal kepala ‘Amr bin Wud. Lalu, melemparkannya ke barisan pasukan Kafir yang menyaksikan duel one by one, itu.

Menyaksikan kegagahan Sayyidina Ali memenggal kepala ‘Amr bin Wud, Ikrimah lari terbirit-birit. Bahkan, ia meninggalkan medan perang tanpa membawa alat tempur dan barang lainnya. Sayyidina Ali kemudian mengambil barang Ikrimah sebagai harta rampasan perang.

Ketakutan Ikrimah

Suatu ketika, Rasulullah mengizinkan kaum Muslimin untuk membunuh Ikrimah. Mendengar kabar itu, Ikrimah sangat takut. Badannya gemetar karena menjadi salah satu target pasukan Rasul. Ia pun kabur meninggalkan Makkah dan bertekad menuju Yaman.

Saat mau kabur meninggalkan Makkah, istri Ikrimah, yakni Ummu Hakim memilih masuk Islam dan meminta perlindungan dan keamanan dari Rasulullah. Ia juga meminta jaminan perlindungan untuk sang suami. Rasulullah bersabda kepada Ummu Hakim: “Suamimu aman.”

Mendengar jaminan itu, ia sangat senang. Lalu,

Ummu Hakim kemudian menyusul suaminya untuk memberi tahu kabar baik itu. Ia melakukan perjalanan bersama seorang lelaki Romawi. Pria ini melihat kesempatan untuk berbuat mesum karena dalam menempuh perjalanan jauh, mereka hanya berdua saja.

Akan tetapi, dalam perjalanan ke pantai, Ummu Hakim menolaknya hingga akhirnya Ummu Hakim bertemu dengan suaminya, Ikrimah.

Ikrimah meminta nahkoda kapal membawanya ke Yaman dengan imbalan apapun. Tetapi nahkoda kapal tidak mau, kecuali Ikrimah bisa bersikap ikhlas.

“Bagaimana caranya saya bisa ikhas?” tanya Ikrimah.

“Kamu bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah dan Muhammad utusan Allah,” jawab nahkoda kapal.

Dengan kesal Ikrimah berteriak: “Ini Tuhan Muhammad yang kami diajak kepada-Nya.”

Ia bingung, berpikir, lalu saat memutar badannya kaget sekali. Di hadapannya sudah ada istrinya.

Istrinya berkata: “Aku datang kepadamu dari manusia yang paling baik, dari Rasulullah. Aku telah meminta perlindungan dan keamanan untukmu darinya. Beliau telah menjamin keamananmu, maka janganlah kamu binasakan dirimu sendiri! Kembalilah, karena sesungguhnya kamu akan aman.”

Ummu Hakim lalu menceritakan apa yang dilakukan pemuda Romawi saat mengantarnya. Pemuda itu ingin berbuat mesum tapi Ummu Hakim menolaknya. Mendengar itu, Ikrimah menanam dendam. Saat dalam perjalanan kembali ke Makkah, Ikrimah akhirnya membunuh pemuda itu.

Kemudian Ikrimah ingin memeluk istrinya, melepas kerinduan dan mengucapkan terima kasih karena sudah meminta jaminan perlindungan kepada Rasulullah.

Namun, istri Ikrimah menolak pelukan itu. Ummu Hakim bilang, “Wahai Ikrimah, kamu menyekutukan Allah dan Rasul Nya, sedangkan aku sekarang telah menjadi Muslimah. Allah telah mengharamkan diriku atasmu.”

Kata itu seperti panah yang menghujam ruang dada Ikrimah. Hati pun terasa senyak, pikirannya melayang tak menentu.

Di Makkah, Rasulullah berdiri dengan para Sahabatnya, beliau bersabda, “Ikrimah bin Abu Jahal akan datang kepadamu dalam keadaan beriman dan berhijrah. Maka janganlah kalian mencela ayahnya, karena mencela orang yang sudah mati dapat menyakitkan orang yang masih hidup, walaupun celaan itu tidak sampai kepada orang yang sudah mati.”

Cahaya Hidayah untuk Ikrimah

Benar saja apa yang disampaikan Rasul. Ikrimah datang menghampiri Rasulullah. Rasul menyambutnya dengan senyuman dan bersabda, “Selamat datang, duhai pengendara yang berhijrah.”

Rasul kemudian berdiri di hadapannya, membuka kain untuknya, dan menyambutnya bak tamu kehormatan. Ikrimah lalu berkata: “Aku mendengar engkau telah menjamin keamananku, wahai Muhammad ?”

“Ya sungguh kamu aman,” jawab Rasul.

“Untuk apa kamu mengajakku ?” tanya Ikrimah.

“Untuk menyembah Allah, tiada sekutu bagi Nya, untuk mendirikan shalat, membayar zakat, menunaikan puasa, dan berhaji,” jawab Rasul.

Ikrimah berkata: “Demi Allah, engkau tidak mengajakku, kecuali kepada kebenaran; dan engkau tidak memerintahku, kecuali kepada kebaikan.”

Ikrimah mengulur tangannya dan bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah.

Ikrimah kemudian meminta sesuatu pada Rasul.

Ia berkata, “Wahai Rasulullah, aku memohon kepadamu untuk mengampuniku atas setiap permusuhanku terhadapmu, setiap jejak langkahku. Juga, setiap kesempatan aku bertemu denganmu, dan setiap perkataan yang aku ucapkan di hadapanmu atau tidak di hadapanmu.”

Rasulullah kemudian berdoa untuk Ikrimah:

“Ya Allah ampunilah setiap permusuhan yang dilakukannya terhadapku, setiap jejak langkahnya yang ia inginkan untuk memadamkan cahaya-Mu. Ampunilah perkataan yang diucapkan untuk merendahkan martabatku, baik ketika dia berada di hadapanku maupun tidak dihadapanku.”

Ikrimah berkata: “Wahai Rasul, tidaklah aku mengeluarkan satu hartapun yang telah aku gunakan untuk memusuimu, kecuali aku juga akan menginfakkan harta yang sama di jalan Allah.”

Setelah masuk Islam, Ikrimah bersyukur karena ia tidak mati terbunuh dalam perang Badar, saat ia masih dalam keadaan Kafir. Ia bersyukur masih hidup sampai akhirnya Allah memberi hidayahkepadanya. Ia selalu membawa mushaf sambil menangis: “Kitab Tuhanku,“ isaknya berkali-kali.

Saat sudah menjadi Muslim, Ikrimah pun menjadi Sahabat Nabi yang paling gencar memuliakan Islam. Pelbagai peperangan juga diikutinya.

Menaklukan Pasukan Romawi

Saat perang Yarmuk berkecamuk melawan pasukan Romawi yang hampir mengalahkan pasukan Islam, Ikrimah berkata: “Wahai Khalid bin Walid, biarkan aku menebus apa yang telah aku dan ayahku lakukan. Dulu aku memusuhi Rasulullah. Apakah sekarang aku akan lari dari pasukan Romawi? Demi Allah tidak, selamanya itu tidak mungkin terjadi.”

Ikrimah berteriak: “Siapa yang akan membaiatku untuk mati?“ Pamannya Harits bin Hisyam, dan Dhirar bin Al-Azwar berdiri membaiatnya.

Lalu ikut bersama mereka 400 pasukan. Mereka memasuki arena peperangan hingga akhirnya mampu mengalahkan pasukan Romawi.

Saat perang usai dengan kemenangan gemilang, Ikrimah tergeletak lantaran dalam pertempuran itu, ia mendapat 70 tikaman pedang di dadanya.

Di samping Ikrimah, tergeletak pula Harits bin Hisyam dan Ayyasy bin Abi Rabi’ah. Keduanya penuh luka sayatan pedang. Nafasnya sudah tersengal-sengal.

Dengan sisa suara seadanya, Harits meminta air, namun saat air sudah ada di hadapannya, ia melihat Ikrimah sangat kehausan. Lalu, berkata: “Berikanlah air ini kepada Ikrimah dulu.”

Saat ingin minum air, Ikrimah melihat Ayyasy bin Abi Rabi’ah juga sangat kehausan.

Kemudian, ia berkata, “Berikanlah air kepada Ayyasy.”

Saat air mau diberikan, Ayyasy ternyata sudah meninggal dunia. Sahabat yang mau pemberi air lalu berlari menuju Ikrimah dan Al-Harits, namun keduanya menemui jalan syahid. Menjadi Syuhada yang dikenang dalam catatan sejarah kemuliaan Islam.

Mila

Berita Terkait

Image

Wapres Yai Maruf Bantah Isu Belasan Menteri Mundur

Image

Pemprov Kaltim dan Pemerintah Samarinda Tukar Aset

Image

Ribuan Surat Suara di Balikpapan dan Samarinda Rusak

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Sekitarkaltim.ID -