Korban Tewas Genosida di Gaza Meningkat Jadi 48.458 Jiwa

REPUBLIKA NETWORK, SEKITARKALTIM – Kantor Berita Palestina, Wafa, mengabarkan jumlah korban tewas di Jalur Gaza telah meningkat menjadi 48.458 jiwa. Sebagian besar wanita dan anak-anak, sejak dimulainya genosida Israel pada Oktober 2023, sumber medis mengumumkan hari ini, Ahad (9/3/2025).
Menurut sumber yang sama, jumlah korban luka juga meningkat menjadi 111.897, selain itu ribuan orang masih terjebak di bawah reruntuhan. Upaya penyelamatan terus menghadapi kendala signifikan.
Selama 24 jam terakhir, lima korban jiwa lagi telah dibawa ke rumah sakit di seluruh Gaza. Tentara Zionis Israel terus melanggar perjanjian gencatan senjata dan menargetkan warga sipil di banyak wilayah daerah kantong yang dilanda perang itu.
Tim medis telah memperingatkan bahwa banyak korban masih terjebak di bawah bangunan yang runtuh atau di jalan.
Namun, petugas tanggap darurat kesulitan menjangkau mereka karena kurangnya peralatan penting untuk membersihkan puing-puing dan melakukan operasi penyelamatan.
Zionis Serang Tepi Barat
Agresi Israel terhadap provinsi Tulkarim di Tepi Barat utara telah memasuki hari ke- 42 berturut-turut, yang sejauh ini mengakibatkan pembongkaran rumah besar-besaran. Selain itu kerusakan meluas, dan pengungsian massal warga Palestina.
Koresponden WAFA menyatakan bahwa pasukan pendudukan Israel telah mengerahkan bala bantuan militer tambahan ke kota dan kamp-kamp pengungsi pada hari Minggu, mendirikan pos pemeriksaan di seluruh area dan menghalangi pergerakan penduduk setempat.
Di kamp pengungsian Tulkarim, pasukan pendudukan Israel tetap berada di area tersebut, menghalangi siapa pun memasuki kamp dan menargetkan siapa pun yang mencoba mendekat. Hampir seluruh penduduk kamp telah mengungsi sejak awal serangan.
Menurut para saksi, kamp tersebut telah berubah menjadi daerah yang hampir kosong, dengan hanya beberapa keluarga yang tersisa di gang-gang tertentu di dekat pintu masuk.
Kerusakan infrastruktur, rumah, dan bisnis telah meluas, dengan banyak bangunan dihancurkan, dirusak, atau dibakar, sementara beberapa rumah yang tersisa telah diubah menjadi pos-pos militer.
Di kamp pengungsi Nour Shams, para saksi mata melaporkan bahwa tentara Israel telah memasang kamera pengintai di atap rumah-rumah yang telah mereka sita dan ubah menjadi barak militer.
Menurut perkiraan WAFA, lebih dari 9.000 penduduk telah mengungsi secara paksa dari kamp pengungsi Nour Shams, sementara 12.000 telah mengungsi dari kamp pengungsi Tulkarm.
Awal pekan ini, Badan Bantuan dan Pekerjaan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) menyatakan bahwa kamp Jenin, Tulkarim, dan Nour Shams di Tepi Barat utara sekarang tidak dapat dihuni karena kerusakan parah yang disebabkan oleh operasi militer yang sedang berlangsung.
UNRWA menggambarkan serangan ini sebagai serangan terpanjang dan paling merusak sejak Intifada Kedua pada tahun 2000. Skala pengungsian ini menjadi yang terbesar di Tepi Barat sejak tahun 1967, dengan sekitar 40.000 orang terpaksa meninggalkan rumah mereka.
Tahun 2025 Dijadikan Tahun Perang
Sebelumnya, dilaporkan Republika, Kepala Staf Umum Israel yang baru saja diangkat, Letnan Jenderal Eyal Zamir telah menyatakan bahwa tahun 2025 akan menjadi tahun perang melawan Gaza dan Iran.
Beberapa jam usai menggantikan pendahulunya Jenderal Herzi Halevi sebagai Kepala Tentara pendudukan Israel, Zamir bertemu para pemimpin tertinggi tentara pendudukan, mengumumkan serangkaian keputusan dramatis.
Zamir menunjuk Mayor Jenderal Yaniv Asor, mantan kepala Direktorat Personel, sebagai kepala Komando Selatan berikutnya. Asor akan menggantikan Mayor Jenderal Yaron Finkelman, yang mengumumkan pengunduran dirinya setelah peristiwa 7 Oktober.
Zamir mengatakan bahwa tahun 2025 akan menjadi tahun perang dengan fokus pada Jalur Gaza dan Iran, sambil "mempertahankan pencapaian dan memperdalamnya di arena lain."
Ia juga mengatakan kepada para jenderal yang hadir bahwa mengembalikan tawanan Israel dari Gaza merupakan "tugas moral", dan tentara akan bertindak untuk mengembalikan mereka semua ke rumah. Zamir telah menempatkan foto-foto para tawanan di kantornya sampai mereka dikembalikan.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa Tel Aviv sedang mempersiapkan tahap-tahap perang berikutnya dan bersumpah untuk tidak berhenti sampai "kita mencapai semua tujuan kemenangan kita."
Pernyataannya tersebut disampaikan dalam pidato yang ia sampaikan di depan sidang pleno Knesset kemarin malam, yang diadakan setelah 40 anggota Knesset (dari 120 anggota) menandatangani surat panggilan untuk Netanyahu dalam sebuah sesi untuk membahas pembentukan komite investigasi resmi atas peristiwa 7 Oktober 2023.
Netanyahu mengatakan di awal pidatonya: "Kami sedang mempersiapkan tahap selanjutnya dari perang-di tujuh front."
"Kami tidak akan berhenti sampai kami mencapai kemenangan total, mengembalikan semua sandera kami, menghancurkan kekuatan militer dan pemerintahan Hamas, dan memastikan Gaza tidak lagi menjadi ancaman bagi Israel."
Netanyahu membanggakan bahwa Israel telah mendapatkan kembali beberapa tawanannya sebagai bagian dari kesepakatan dengan Hamas, dan mengatakan bahwa beberapa pihak tidak percaya bahwa Israel akan mendapatkan kembali satu pun tawanannya.
Mila
