Sosok

Abu Umamah, Sahabat Nabi yang Kaya Riwayat Hadits

Ilustrasi. 
Ilustrasi.

REPUBLIKA NETWORK, SEKITARKALTIM - Abu Umamah Al-Bahili, nama yang lebih populer daripada nama aslinya, Shudai bin Ajlan. Beliau berasal dari suku Bahilah, sebuah suku yang dikenal di masa itu.

Sebagai salah satu Sahabat Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam, Abu Umamah termasuk dalam golongan sahabat yang meriwayatkan banyak hadits dari Rasulullah.

Beliau wafat pada tahun 81 atau 86 Hijriyah, meninggalkan warisan ilmu yang berharga bagi umat Islam.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Profil Singkat Abu Umamah Al-Bahili

Nama Asli: Shudai bin Ajlan

Kunyah atau panggilan populer: Abu Umamah Al-Bahili

Asal: Suku Bahilah

Peran: Sahabat Nabi dan perawi hadis

Tahun Wafat: 81 atau 86 Hijriyah

Abu Umamah dikenal sebagai salah satu sahabat yang meriwayatkan banyak hadis dari Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam. Riwayat-riwayatnya menjadi sumber penting dalam memahami ajaran Islam dan sunnah Rasulullah. Kehidupannya penuh dengan keteladanan, baik dalam berdakwah maupun dalam menjaga keutuhan ajaran Islam.

Meskipun nama aslinya kurang dikenal, panggilan Abu Umamah Al-Bahili justru lebih masyhur. Hal ini menunjukkan betapa besar pengaruh dan kontribusinya dalam sejarah Islam. Kisah hidupnya mengajarkan kita tentang pentingnya menjaga ilmu dan menyebarkannya kepada generasi berikutnya.

Abu Umamah Al-Bahili adalah contoh nyata bagaimana seorang sahabat Nabi bisa meninggalkan jejak yang abadi melalui ilmu dan keteladanan. Semoga kita bisa mengambil hikmah dari perjalanan hidupnya dan terus mempelajari warisan ilmu yang ia tinggalkan.

Kisah Inspiratif Abu Umamah

Tugas dakwah dari Rasulullah menjadi tanggung jawab besar yang diemban para sahabatnya. Salah satunya Abu Umamah radhiallahu’anhu. Beliau dipercaya untuk menyeru kaumnya sendiri, suku Bahilah, yang masih memiliki ikatan darah dengannya.

Kisah perjuangan dakwah Abu Umamah ini diriwayatkan Imam Ath-Thabrani, yang penuh dengan pelajaran berharga.

Syahdan, Rasulullah mengutus Abu Umamah untuk berdakwah kepada kaumnya, suku Bahilah. Saat tiba di kampung halamannya, Abu Umamah dalam keadaan lapar.

Beliau mendapati kaumnya sedang menyantap makanan yang terbuat dari darah, sebuah kebiasaan yang bertentangan dengan syariat Islam.

Mereka menyambut Abu Umamah dengan kata-kata yang mengejek, “Selamat datang, wahai Shudai bin Ajlan. Kami dengar engkau telah meninggalkan agama nenek moyang untuk mengikuti laki-laki itu (Rasulullah).”

Dengan tegas, Abu Umamah menjawab, “Bukan seperti itu. Aku hanya beriman kepada Allah dan rasul-Nya. Beliau mengutusku untuk menawarkan Islam dan syariat kepada kalian.”

Kaum Bahilah malah mempersilakan Abu Umamah untuk ikut menyantap makanan dari darah. Namun, Abu Umamah menolak tegas. “Celaka kalian. Aku datang untuk melarang kalian dari ini (makan darah). Aku adalah utusan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam agar kalian mau mengimani beliau.”

Abu Umamah kemudian mulai mendakwahi mereka untuk memeluk Islam.

Namun, mereka menolak, bahkan membentaknya. Dalam keadaan lapar dan haus, Abu Umamah meminta sedikit air, tetapi mereka menolak dengan kasar, “Tidak, kami akan membiarkan engkau mati kehausan!”

Sebuah Keajaiban

Dalam keadaan lemah, Abu Umamah menutup kepalanya dengan kain imamah dan tertidur di tengah cuaca yang panas. Dalam tidurnya, beliau bermimpi diberi susu yang sangat lezat. Lalu, meminumnya sampai kenyang, dan saat terbangun, perutnya terasa penuh.

Di kampungnya, orang-orang mulai merasa resah. Melihat perlakuan kasar yang mereka berikan pada Abu Umamah, penduduk suku Bahilah mulai menyesal.

Kaum Bahilah menyesal telah memperlakukan Abu Umamah dengan kasar. Sebab, Abu Umamah adalah saudara mereka bahkan, putra orang terhormat di kalangan mereka. Orang-orang kemudian mencari Abu Umama sambil membawa makanan dan minuman.

Mereka berkata, “Seorang lelaki dari tokoh dan pembesar suku datang, tapi kalian mencampakkannya. Cari dan berilah ia makan dan minum yang ia inginkan.”

Mereka pun mendatangi Abu Umamah dengan membawa makanan.

Namun, Abu Umamah berkata: “Aku sudah tidak butuh lagi makanan dan minuman dari kalian. Allah ‘Azza wa Jalla telah memberi makan dan minuman kepadaku. Lihatlah kondisiku sekarang.”

Abu Umamah menunjukkan perutnya yang penuh. Melihat keajaiban ini, mereka beriman kepada apa yang didakwahkan Abu Umamah.

"Allah SWT telah memberinya makan dan minuman dari arah yang tak disangka-sangka," ujarnya.

Mendengar dan melihat bukti nyata di depan mata, penduduk suku Bahilah percaya pada dakwah yang dibawa Abu Umamah. Ramai-ramai, mereka akhirnya beriman pada Allah dan Rasulullah. Akhirnya, seluruh suku Bahilah memeluk Islam.

Kisah ini mengajarkan kita tentang keteguhan hati dalam berdakwah, meski menghadapi penolakan dan tantangan. Abu Umamah menunjukkan kesabaran dan keyakinan yang kuat datangnya pertolongan Allah. Hasilnya, dakwahnya berbuah manis dengan hidayah yang menyebar ke seluruh suku Bahilah.

Diberi Doa Mustajab dari Nabi

Diriwayatkan, Abu Sa‘id al-Khudri pada suatu hari melihat Rasulullah masuk ke masjid. Ternyata di sana sudah ada Abu Umamah. Rasul kemudian menyapanya:

“Hai Abu Umamah, ada apa aku melihatmu duduk di masjid di luar waktu shalat?”

Abu Umamah menjawab, “Kebingungan dan utang-utangku yang membuatku (begini), ya Rasul.”

Rasulullah kembali bertanya, “Maukah kamu jika aku ajarkan suatu bacaan yang jika kamu membacanya, Allah akan menghapuskan kebingunganmu dan memberi kemampuan melunasi utang?”

Abu Umamah menjawab, “Tentu, ya Rasul.”

Beliau melanjutkan, “Jika memasuki waktu pagi dan sore hari, maka bacalah: Allahumma inni a‘udzu bika minal hammi wal hazan. Wa a‘udzu bika minal ‘ajzi wal kasal. Wa a‘udzu bika minal jubni wal bukhl. Wa a‘udzu bika min ghalabatid daini wa qahrir rijal.”

“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kebingungan dan kesedihan, aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan dan kemalasan, aku berlindung kepada-Mu dari ketakutan dan kekikiran, aku berlindung kepada-Mu dari lilitan utang dan tekanan orang-orang.”

Abu Umamah mengisahkan: “Setelah aku mengamalkan doa itu, Allah menghilangkan kebingunganku dan memberi kemampuan melunasi utang.”

Mila, pelbagai sumber

Berita Terkait

Image

Tiga Busur Panah di Punggung Kaum Anshar

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Sekitarkaltim.ID -