Tiga Busur Panah di Punggung Kaum Anshar

Sosok  
Ilustrasi, memanah. (Getty Image)

KALTIMTARA, REPUBLIKA – Adalah Jabir bin Abdullah al-Anshari, beliau meriwayatkan, di suatu pertempuran ia beringsut bersama Rasul menuju salah satu daerah musuh. Saat itu kaum Muslim tengah berperang dengan orang Musyrik.

“Kami berhasil menawan istri salah seorang di antara mereka, lalu Rasulullah kembali.”

Seiring waktu, suami wanita itu datang, dan diceritakan kepadanya tentang istrinya yang ditawan.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Lantas sang suami bersumpah, ia tidak akan pulang ke rumah sehingga dapat melukai para Sahabat Nabi.

Ketika Baginda Nabi sedang dalam perjalanan, beliau berhenti di suatu perkampungan lalu bertanya, “Siapakah dua orang di antara kalian yang nanti malam bersedia menjaga kami dari serangan musuh?”

Ditanya itu, seorang lelaki dari kaum Muhajirin dan seorang pria dari kaum Anshar memastikan, “Kami berdua akan menjaga engkau, wahai Rasulullah.”

Dua orang pria itu berangkat menuju titik penjagaan. Kemudian pria dari kaum Anshar bertanya kepada saudaranya kaum Muhajirin.

“Kamu atau aku dulu yang akan berjaga?”

Pria Muhajirin menjawab, “Kamu dulu saja. Aku belakangan.”

Pria dari kaum Muhajirin pun beristirahat, lalu tertidur untuk menyiapkan energi untuk berjaga nanti.

Sedangkan pria Anshar mendirikan shalat malam.

Di tengah-tengah shalat, suami wanita Musyrik yang ditawan itu datang.

Ketika ia melihat ada seorang pria yang sedang berdiri (shalat malam), ia menyangka itu adalah pria yang menculik istrinya.

Lantas, ia segera mengambil panah dan membidik ke arah pria yang sedang shalat. Busur panah itu tepat mengenai punggung pria kaum Anshar.

Namun, pria Anshar tidak membatalkan shalatnya. Ia hanya mencabut busurnya. Masih tetap berdiri, meneruskan bacaan Quran dalam shalat panjangnya.

Melihat pria yang dibidik tidak jatuh ke tanah, suami dari wanita Musryik itu membidik lagi. Sekali lagi, tepat sasaran. Saat dilihatnya, pria yang dibidik itu tidak bergeser sedikitpun. Tak menengok, tak pula melawan. Makin penasaran suami Musryik itu, lalu kembali memanah untuk ketiga kalinya.

Lagi-lagi tepat sasaran.

Tapi tetap saja, pria yang dibidiknya tidak terjatuh. Hanya membuang busur panahnya yang bersarang di punggungnya. Sudah tiga kali dibidik, tapi tidak bergerak sama sekali.

Suami dari wanita Musryik itu bingung. Ia terus memperhatikan sasarannya. Kenapa tidak melawan, hanya membuang busur dan melakukan sejumlah gerakan (shalat).

Saat shalatnya selesai, pria Anshar itu membangunkan lelaki Muhajirin yang tengah tidur sambil berkata, “Sekarang giliranmu berjaga,” ujarnya.

Pria Muhajirin bangun dan terkejut melihat temannya terluka.

Saat suami wanita Musyrik melihat ada dua orang berjaga, dan yang satu menolong temannya, ia memilih balik badan dan meninggalkan pria kaum Asnhar dan Muhajirin yang tengah berjaga.

Tanpa sepengetahuan suami Musryik, ternyata, dari tubuh pria Anshar mengalir deras darah karena terkena panah tadi.

Pria Muhajirin bertanya, “Mengapa tidak memberi tahu saat panah pertama mengenai tubuhmu?”

Pria Anshar menjawab, “Saat itu, aku tengah sedang membaca ayat Al-Quran dalam shalatku. Aku tak mau menghentikan bacaanku. Sekiranya aku bergeser, berupaya meninggalkan benteng yang Rasulullah perintahkan untuk dijaga, pastilah aku binasa sebelum menghentikan bacaan Quranku tadi.”

Kisah ini dinnukil dari 99 Kisah Orang Shalih, Muhammad bin Hamid Abdul Wahab.

Shalallahu alaa Muhammad

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Sekitarkaltim.ID -

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image