Said bin Jubair: Tertawa saat Disembelih Penguasa
KALTIMTARA, REPUBLIKA – Sa’id bin Jubair, salah satu Tabiin, yang kisah kehidupannya penuh hikmah. Beliau dikenal hafidz Quran, menguasai tafsir dan termasuk orang yang paling mengetahui ilmu Hadist.
Wafa’ bin Iyas berkata, “Suatu hari Sa’id berkata kepadaku pada bulan Ramadhan, ‘Pertahankanlah untuk terus membaca Alquran.’ Karena itu, beliau tidak beranjak dari tempatnya sebelum mengkhatamkan Alquran. Sa’id pernah berkata, “Saya membaca Al Quran secara keseluruhan dalam dua rakaat Shalat Sunah di Baitullah yang mulia.”
Alkisah, beliau ditemani Abdurrahman bin al-Asy’ats saat melawan pemerintahan Khalifah Abdul Malik bin Marwan lantaran berbuat sewenang-wenang dalam melakukan pembunuhan. Saat Ibnul Asy’ats terkalahkan dalam perang Dairul Jamajim dan terbunuh, Sa’id tertangkap di Makkah.
Gubernur Makkah yang saat itu dijabat Khalid bin Abdullah al-Qasri menangkapnya. Sa’id bin Jubair dibawa menghadap Hajjaj bin Yusuf ats-Tsaqafi.
Setibanya di sana, Hajjaj bertanya, “Siapa namamu?”
Beliau menjawab, “Sa’id bin Jubair.”
Hajjaj bertanya lagi, “Bukan, kamu adalah Syaqi bin Kusair.”
Sa’id menimpali, “Ibuku lebih mengetahui namaku daripada engkau.”
Hajjaj mencaci, “Celaka ibumu dan juga kamu.”
Sa’id bin Jubair menjawab, “Yang mengetahui hal ghaib bukanlah kamu.”
Hajjaj kemudian bertanya lagi: “Apa pendapatmu mengenai Muhammad?”
Sa’id menjawab, “Beliau Nabi yang membawa kasih sayang.”
Hajjaj melanjutkan, “Apa pendapatmu mengenai Ali? Apakah ia di surga atau di neraka?”
Sa’id menjawab, “Jika engkau telah masuk dalam neraka dan kamu mengetahui siapa yang berada di dalamnya, pasti engkau mengetahui penduduk neraka.”
Hajjaj bertanya lagi, “Apa pendapatmu mengenai para khalifah?”
Sa’id mengatakan, “Saya bukanlah orang yang bertanggung jawab terhadap mereka.”
Hajjaj melanjutkan, “Siapakah di antara mereka yang paling engkau sukai?”
Sa’id menjelaskan, “Orang yang paling diridhai Sang Penciptaku.”
Hajjaj bertanya lagi, “Siapa orang yang paling diridhai Sang Pencipta?”
Sa’id bilang, “Pengetahuan hal ini ada di sisi Dzat yang mengetahui rahasia dan bisikkan mereka.”
Hajjaj kemudian membujuk Sa’id dengan harta yang melimpah ruah. Lantas ia memerintahkan agar didatangkan mutiara, zamrud, dan permata. Semua harta mewah itu disajikan di hadapan Sa’id.
Sa’id berkata kepada Hajjaj, “Jika engkau mengumpulkan semua ini agar engkau terlindungi dari ketakutan pada Hari Kiamat, maka bagus. Jika tidak demikian, maka hal ini akan menjadi teror. Tidak ada kebaikan sedikit pun dalam sesuatu yang dikumpulkan hanya untuk dunia kecuali harta yang baik dan dizakati.”
Hajjaj minta diambilkan alat musik. Ketika musik gambus dimainkan dan seruling ditiup, Sa’id menangis, lalu Hajjaj bertanya, “Apa yang membuatmu menangis?”
Sa’id menjawab, “Yang membuatku menangis itu kesedihan. Tiupan itu mengingatkanku akan hari Agung, hari sangkakala ditiup. Sedangkan kecapi itu berasal dari pohon yang ditebang tanpa hak, tali senarnya berasal dari kulit kambing yang akan dibangkitkan bersamanya di Hari Kiamat.”
Lantas Hajjaj berkata, “Celakalah engkau Sa’id!”
Sa’id bilang, “Tak ada celaka bagi orang yang dijauhkan dari neraka dan dimasukkan dalam surga.”
Hajjaj berkata, “Apakah kamu ingin saya ampuni?”
Sa’id dengan lantang berkata, “Sesungguhnya ampunan dari Allah, sedangkan kamu tidak mempunyai hak membebaskan dan memberi ampunan.”
Hajjaj berkata kepada tentaranya, “Bawa ia pergi, lalu bunuhlah.”
Saat Sa’id dibawa keluar, ia tertawa.
Lantas Hajjaj diberitahu mengenai hal ini, Sa’id pun dibawa kembali lagi ke hadapan Hajjaj.
Ia bertanya, “Apa yang membuatmu tertawa?”
Sa’id menjawab, “Saya takjub pada kelancanganmu terhadap Allah dan kesabaran Nya kepadamu.”
Hajjaj menginstruksikan, “Bunuh dia!”
Kemudian Sa’id melafadzakan ayat Al Quran, yang artinya: “Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi, dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang musyrik.” (QS. Al-An’am: 79).
Hajjaj berkata, “Hadapkanlah wajahnya ke selain arah kiblat.”
Setelah itu Sa’id kembali melantunkan Surat Thaahaa, ayat 55, yang artinya: “Dari bumi (tanah) itulah Kami menjadikan kamu dan kepadanya Kami akan mengembalikan kamu dan daripadanya Kami akan mengeluarkan kamu pada kali yang lain.”
Hajjaj kian murka, lalu berteriak pada pengawalnya, “Sembelih dia!”
Sa’id dengan santai menjawab, “Sesungguhnya saya bersaksi tiada Ilah selain Allah Yang Esa. Tiada sekutu baginya. Dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba Nya dan Rasul Nya. Ambillah dariku sampai engkau bertemu denganku di hari Kimat.”
Lalu Sa’id berdoa, “Ya Allah! Janganlah engkau memberinya kesempatan untuk membunuh seorang setelah aku.”
Saat Sa’id disembelih, darahnya mengalir sangat banyak. Lantas Hajjaj memanggil para dokter. Ia bertanya pada mereka soal kondisi Sa’id dan orang-orang yang telah ia bunuh sebelumnya. Ternyata orang-orang yang dibunuh sebelum Sa’id, darah yang mengalir hanya sedikit.
Lantas para dokter menjawab, “Saat Sa’id dibunuh, nafasnya masih bersamanya. Darah itu mengikuti nafas. Sedangkan selain Sa’id, nafasnya telah hilang karena ketakutan. Karena ituah darah yang mengalir hanya sedikit.”
Saat Hasan al-Basri mengetahui Hajjaj telah membunuh Sa’id bin Jubair dengan cara disembelih, maka beliau berdoa:
“Ya Allah! Binasakanlah orang fasik itu. Demi Allah, seandainya semua yang ada di antara langit dan bumi bekerja sama untuk membunuh Sa’id. Pastilah Allah akan menceburkan mereka ke neraka.”
Ketika Hajjaj menjelang kematiannya, ia mengalami pingsan kemudian sadar kembali dan berujar, “Apa yang terjadi pada diriku dan Sa’id bin Jubair?”
Saat sakit, ketika tidur ia pernah bermimpi melihat Sa’id memegang ujung pakaiannya dan berkata kepadanya, “Hai musuh Allah! Dalam rangka apa kamu membunuhku?” Lantas ia pun terbangun dalam keadaan ketakutan.
Sa’id dibunuh di bulan Sya’ban tahun 96 H. Setelah itu Hajjaj meninggal dunia di bulan Ramadhan, di tahun itu juga. Allah tidak memberi kesempatan Hajjaj untuk membunuh lagi seorang pun setelah Sa’id, hingga Hajjaj meninggal dunia.
Sumber: Hiburan Orang-orang Shalih.