Cerita Rakyat Kaltim: Putri Bidadari Diculik Manusia Kepala Anjing
KALTIMTARA, REPUBLIKA – Kaltim, sebagai provinsi dengan penduduk beragam dan sejarah panjang, memiliki kekayaan budaya yang beragam. Bahkan, ada pula cerita rakyat yang menjadi salah satu dari kekayaan budaya yang patut dilestarikan.
Di antaranya kisah Putri raja yang diculik manusia berkepala anjing, yang diabadikan dalam Buku Serpihan Cerita Rakyat Kalimantan Timur, kumpulan cerita rakyat yang diolah Kantor Bahasa Kalimantan Timur (2018). Berikut kisahnya.
Di waktu Kerajaan Kutai Kartanegara dipimpin Sultan Aji Mangkunegoro, punggawa kerajaan benama Adipati Notek diperintah Sultan membangun kampung di daerah Sabintulung. Sultan memiliki pemikiran untuk mendapatkan hasil dari daerah Sabintulung sebagai penghasilan tambahan kerajaan.
Adipati Notek diperintah mernbuka hutan di daerah Sabintulung untuk dibangun sebuah karnpung yang dikepalai oleh Adipati Notek sendiri. Kerajaan akan rnenarik upeti dari hasil pertanian rnereka. Desa Sabintulung yang sekarang ini, pada zarnan dahulu dikenal bemarna Mernbatang.
Di zaman itu, setelah panen padi, laki-laki dan perernpuan di daerah Mernbatang bergotong-royong membuat jalan agar dapat dilewati pejabat kerajaan yang akan mengambil upeti. Mereka sangat setia kepada Kerajaan.
Nama Sabintulung berasal dari pemberian Sultan yang berarti: saban-saban menulung, atau setiap saat selalu menolong Sultan. Sultan Kutai Kartanegara sering meminta bantuan orang-orang di Desa Sabintulung untuk mengatasi permasalahan Kerajaan, terutama masalah adu kekuatan.
Boyok Juari dan Boyok Jemba, Punggawa Raja Sakti
Para punggawa Kesultanan Kutai Kartanegara dikenal sosok pemberani dan sangat sakti. Pada masa pemerintahan Raja Mulawarman ada dua punggawa raja yang dikenal sangat sakti, yaitu Boyok Juari dan Boyok Jemba.
Di suatu hari, Putri Bidadari Putih, putri Raja Mulawarman, diculik manusia yang berkepala anjing. Sang putri kemudian disembunyikan di seberang Sungai Mahakam, sebuah tempat yang dikenal dengan nama Martadipura.
Punggawa Boyok Juari dan Boyok Jemba dipanggil Raja agar dapat menyelamatkan sang putri dari si Kepala Anjing. Boyok Juari dan Boyok Jemba sepakat untuk membunuh si Kepala Anjing dengan cara menyumpit dari jarak jauh, dari arah seberang Martadipura.
Boyok Juari dan Boyok Jemba adalah dua orang yang sangat sakti. Kemampuan sumpitan jarak jauhnya tidak perlu diragukan lagi. Melihat gelagat serangan sumpitan jarak jauh Boyok Juari dan Boyok Jemba, Kepala Anjing menarik Putri Bidadari.
Ia beniat menjadikan sang Putri sebagai tamengnya. Namun, Boyok Juari dan Boyok Jemba adalah orang-orang yang sangat sakti sehingga dengan mudahnya sumpitan mereka melewati Putri Bidadari Putih tanpa melukai sang putri.
Melihat hal itu, Kepala Anjing segera berlari mencari tempat persembunyian dalam pohon Bengkirai yang sangat besar. Namun, sumpitan kedua punggawa itu mampu menembus pohon Bengkirai dan mengenai Kepala Anjing. Alhasil, selamat lah Putri dari ancaman manusia berkepala anjing.
Sumber: buku Serpihan Cerita Rakyat Kaltim (2018).