Pekerja Kantoran Rentan Alami Frozen Shoulder, Apa Itu?

REPUBLIKA NETWORK, SEKITARKALTIM – Adhesive capsulitis atau frozen shoulder biasa dikaitkan dengan keluhan pada bahu yang dapat dialami siapa saja.
Namun biasanya sering dialami pekerja kantoran, mengingat pekerjaan mereka sebagian besar waktunya dihabiskan dengan duduk dan bekerja di depan layar komputer.
Kondisi frozen shoulder biasanya ditandai rasa nyeri dan kaku pada bahu. Di Indonesia biasa terjadi pada kurang lebih 3% populasi dan 10% dari mereka yang terkena bilateral. (Astuti, 2018).
Prevalensi frozen shoulder di Indonesia diperkirakan sekitar 2-5% pada populasi umum, dengan sekitar 10-20% kasus terjadi pada penderita diabetes.
Namun tak ada data pasti dari Kementerian Kesehatan soal jumlah kasus frozen shoulder di Indonesia. Meski demikian, menurut perkiraan data dari berbagai sumber, kondisi ini cukup umum terjadi.
Mengacu data Riskesdas menunjukkan kejadian gangguan pada sendi di Indonesia mencapai 7,3%, dan sekitar 3% dari populasi mengalami frozen shoulder.
Penderita diabetes memiliki risiko lebih tinggi terkena frozen shoulder, bahkan hingga 11% di antara mereka, menurut Jurnal Keperawatan Muhammadiyah.
Frozen shoulder bisa memburuk seiring berjalannya waktu, bahkan hingga bertahun-tahun.
Menukil dari laman Siloamhospitals, frozen shoulder kondisi nyeri dan kaku di area bahu, sehingga penderitanya kesulitan menggerakkan bahu atau lengan atas.
Bahkan, kondisi ini lambat laun bisa menyebabkan bahu tidak dapat digerakkan sama sekali.
Sendi bahu memiliki kapsul pembungkus yang fungsinya melindungi tulang, tendon, dan ligamen. Saat bahu mengalami cedera atau tidak digerakkan dalam waktu lama, kapsul tersebut akan semakin menebal.
Akhirnya menyebabkan pergerakan sendi terbatas atau sama sekali tidak dapat digerakkan. Kondisi inilah yang disebut dengan frozen shoulder.
Frozen shoulder atau adhesive capsulitis cenderung memburuk perlahan, namun dapat membaik dengan sendirinya seiring berjalannya waktu. Setiap orang memerlukan jangka waktu yang berbeda-beda untuk pulih dari frozen shoulder.
Penyebab Frozen Shoulder
Belum diketahui pasti apa penyebab frozen shoulder. Namun, beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko terjadinya frozen shoulder, antara lain:
Tidak menggerakkan bahu dalam waktu lama, misalnya karena stroke, patah tulang lengan, pemulihan pascaoperasi, atau cedera. Hal ini juga bisa terjadi pada para pekerja kantoran yang menghabiskan sebagian besar waktu kerjanya dengan duduk dan bekerja di depan layar laptop atau komputer.
Menderita penyakit tertentu, seperti penyakit jantung, hipertiroidisme dan hipotiroidisme, diabetes, atau penyakit Parkinson. Sering pula terjadi pada siapa saja yang berusia 40-60 tahun ke atas, terutama wanita.
Gejala utama frozen shoulder rasa nyeri dan kaku pada bahu, sehingga membuatnya sulit digerakkan. Rasa nyeri akan terasa di salah satu bahu, lengan atas, dan otot bahu yang melingkari bagian atas lengan.
Nyeri akibat frozen shoulder biasanya bertambah parah saat malam hari. Gejala ini juga dapat memburuk perlahan melalui, setidaknya tiga tahap.
1. Freezing Stage
Pada tahap pertama, penderita akan merasakan nyeri pada bahu setiap kali menggerakkannya. Perlahan, rasa sakitnya akan semakin buruk sehingga membatasi pergerakan bahu, terutama di malam hari. Kondisi ini dapat berlangsung selama 6–9 bulan.
2. Frozen Stage
Di tahap ini, rasa nyeri pada bahu akan mereda namun kekakuan sendi bahu semakin parah, sehingga bahu semakin sulit digerakkan. Tahap ini biasanya dapat berlangsung selama 4–12 bulan.
3. Thawing Stage
Tahap ini ditandai pergerakan bahu yang mulai normal. Namun, untuk mencapai tahap ini, prosesnya bisa berlangsung selama 6 bulan sampai 2 tahun.
Diagnosis Frozen Shoulder
Sebelum menegakkan diagnosis, dokter akan melakukan anamnesis atau wawancara medis terkait dengan gejala serta riwayat kesehatan pasien. Kemudian, dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik pada area bahu dan lengan pasien.
Pada pemeriksaan fisik, dokter meminta pasien untuk menggerakkan lengan dan bahu guna mengetahui rentang gerak pasien saat melakukan gerakan aktif.
Dokter juga akan meminta pasien untuk melemaskan otot bahu dan dokter akan mengarahkan lengan pasien ke arah tertentu untuk mengetahui rentang gerak lengan pasien pada gerakan pasif.
Jika diperlukan, dokter dapat merekomendasikan beberapa pemeriksaan penunjang, seperti foto rontgen, USG, dan MRI. Tujuan dilakukannya pemeriksaan penunjang ini adalah untuk menyingkirkan kemungkinan gejala yang disebabkan oleh kondisi lain, seperti radang sendi.
Komplikasi Frozen Shoulder
Komplikasi utama akibat frozen shoulder adalah berlangsungnya kekakuan dan nyeri bahu dalam jangka waktu lama. Pada beberapa kasus, kondisi ini tak kunjung pulih hingga lebih dari 3 tahun, meskipun sudah dilakukan pengobatan.
Selain itu, komplikasi lain juga bisa terjadi akibat manipulasi bahu, misalnya robekan pada otot lengan atas atau patah tulang lengan atas.
Frozen shoulder bisa sembuh dengan sendirinya, namun memerlukan waktu bertahun-tahun hingga penderita dapat pulih sepenuhnya. Karena itu, penderita tetap membutuhkan pemeriksaan dan pengobatan rutin dari dokter.
Tujuan pengobatan frozen shoulder untuk mengurangi rasa nyeri dan kekakuan sendi bahu, sehingga dapat mengembalikan kemampuan gerak bahu dan meningkatkan kualitas hidup.
Sejumlah pengobatan yang dapat diberikan kepada penderita frozen shoulder, antara lain: dokter akan meresepkan obat pereda nyeri, contohnya seperti parasetamol dan ibuprofen.
Namun, jika tak kunjung membaik, dokter dapat mengganti obat pereda nyeri dengan jenis obat yang berbeda atau memberikan suntikan kortikosteroid pada area bahu yang sakit.
Bisa pula dengan fisioterapi. Yakni pengobatan yang bertujuan mengembalikan rentang gerak bahu dan lengan semaksimal mungkin. Pasien harus konsisten dalam menjalani pengobatan ini agar hasilnya bisa optimal.
Jika terapi fisik dan obat-obatan tidak membantu, dokter dapat memberikan pilihan prosedur lain, seperti:
Manipulasi sendi bahu. Yang didahului pemberian bius total agar pasien tertidur dan tidak merasakan nyeri selama prosedur berlangsung. Setelah pasien terbius, dokter akan menggerakkan bahu pasien ke berbagai arah untuk melemaskan jaringan kapsul sendi yang tegang.
Suntikan air steril dan peregangan bahu (hydrodilatation). Prosedur ini dilakukan dengan menyuntikkan air steril yang dicampur dengan obat kortikosteroid ke dalam kapsul sendi.
Tujuannya meregangkan jaringan kapsul sendi bahu dan memudahkan sendi bergerak. Sebelum prosedur ini dilakukan, bahu akan diberikan bius lokal terlebih dahulu.
Artroskopi. Tindakan ini dilakukan dengan memasukkan alat kecil berkamera (artroskop) melalui sayatan di sekitar sendi bahu. Artroskopi bertujuan membuang jaringan yang mengeras dan berlekatan di dalam sendi bahu.
Mila
