News

Jamaah Haji Indonesia yang Pindah Hotel Wajib Lapor ke Petugas

Petugas membantu jamaah haji Indonesia yang pulang ke hotel usai shalat Jumat.
Petugas membantu jamaah haji Indonesia yang pulang ke hotel usai shalat Jumat.

REPUBLIKA NETWORK, SEKITARKALTIM – Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah, Hilman Latief, mengingatkan seluruh jamaah haji Indonesia agar tidak berpindah hotel secara mandiri tanpa melapor kepada petugas.

Hal ini penting untuk memastikan akurasi data jamaah dan kelancaran layanan selama proses puncak ibadah haji.

“Pemerintah saat ini sedang menata ulang data akomodasi jemaah, termasuk yang bergabung dengan keluarga, pasangan, atau lansia dengan pendampingnya. Oleh karena itu, kami minta dengan sangat agar jemaah yang berpindah hotel melapor ke petugas,” tegas Hilman di Jeddah, Jumat (23/5/2025).

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Menurutnya, saat kedatangan awal di Makkah, ada beberapa jamaah yang terpisah hotel dengan pasangannya (suami dengan istri, orang tua dengan anak, lansia/disabilitas dengan pendampingnya) akibat perbedaan syarikah.

Hal ini kemudian sudah tuntas, dengan kebijakan penggabungan yang dikeluarkan Kemenag.

Namun, sebagian jamaah diketahui telah berpindah hotel secara inisiatif sendiri tanpa koordinasi dengan petugas kloter dan dilakukan sebelum kebijakan penggabungan diterbitkan.

Ini berpotensi menimbulkan masalah pada saat pergerakan besar ke Arafah, Muzdalifah, dan Mina.

Karenanya, Hilman meminta seluruh jamaah yang telah berinisiatif sendiri untuk pindah hotel, agar melaporkan ke petugas kloter atau sektornya.

“Kita ingin memastikan tidak ada jamaah yang tercecer. Semua yang sudah sampai di Tanah Suci harus tercatat dan terlayani dengan baik saat puncak haji nanti. Karena itu, pendataan akurat sangat krusial,” ujarnya.

Hilman menambahkan, proses pendataan ulang ini dilakukan pemerintah bersama perusahaan penyedia layanan, dan didukung sistem pelaporan digital serta koordinasi lintas sektor.

Langkah ini juga bagian dari evaluasi terhadap dinamika yang sempat terjadi pada awal keberangkatan jamaah.

“Sebelumnya sempat terjadi selisih data karena perubahan di embarkasi, ada yang sakit, batal berangkat, atau bergeser kloter. Tapi sekarang sudah kami kunci 17 jam sebelum keberangkatan. Data inilah yang jadi acuan layanan di Arab Saudi,” jelasnya.

Ia juga meminta jamaah agar disiplin dan aktif berkoordinasi dengan petugas kloter atau sektor, terutama saat membutuhkan penyesuaian tempat tinggal.

Katanya, semua langkah ini untuk menjaga keamanan dan kenyamanan jamaah

Yan Andri/ Kemenag

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Sekitarkaltim.ID -