Deep Seek dan Dakwah di Bulan Ramadhan: Sinergi Teknologi dan Spiritualitas di Era Digital
Ilustrasi, dakwah digital.
REPUBLIKA NETWORK, SEKITARKALTIM – Di era digital yang semakin canggih, teknologi telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan umat Muslim, termasuk dalam menyebarkan dakwah.
Salah satu inovasi terbaru yang menarik perhatian adalah Deep Seek, platform kecerdasan buatan (AI) yang dirancang untuk membantu umat Muslim memahami Islam lebih mendalam.
Pada Ramadhan 2025, Deep Seek menjadi sorotan utama sebagai alat pendukung dakwah yang efektif, terutama di tengah meningkatnya minat masyarakat terhadap konten keagamaan berbasis teknologi.
Scroll untuk membaca
Scroll untuk membaca
Di era saat ini, penggunaan teknologi Artificial Intelligence atau dikenal sebagai AI telah merambah ke berbagai bidang, termasuk layanan Al-Qur'an digital.
Bahkan Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an (LPMQ), Kementerian Agama mengembangkan layanan chatbot Al-Qur'an yang berbasis teknologi Artificial Intelligence (AI). Pengembangan layanan Al-Qur'an dengan teknologi AI saat ini dinilai menjadi kebutuhan yang mendesak.
Kemenag menilai, sejauh ini, layanan Al-Qur'an dengan teknologi AI di dunia maya masih terdapat banyak kelemahan dan kekurangan. Mulai tafsir, teks, hingga terjemahan yang tidak tepat. Karena itu, Kemenag mengembangkan layanan Al-Qur'an dengan teknologi AI.
Ramadhan, sebagai bulan penuh berkah, selalu menjadi momentum untuk meningkatkan dakwah. Salah satu fitur unggulan Deep Seek adalah kemampuan untuk memberikan penjelasan mendalam tentang ayat-ayat Al-Qur'an dan hadits.
Fitur ini sangat membantu para dai dan mubalig dalam menyiapkan materi ceramah. Yang tentu harus tetap melakukan check richeck dengan sumber utama, berupa tafsir, kitab dan referensi keagamaan lain.
Meski begitu, harus diakui kemunculan DeepSeek telah memberi alternatif dalam dunia kecerdasan buatan. User jadi mendapat banyak pilihan untuk menggunakan AI sesuai dengan kebutuhannya.
Apalagi Deep Seek menawarkan harga lebih terjangkau dibanding ChatGPT dalam fitur berbayarnya. Selain itu, Deep Seek juga lebih fleksibel karena fitur open source-nya dapat disesuaikan kebutuhan. Termasuk untuk konten agama.
Tidak hanya bagi dai, Deep Seek juga menjadi solusi bagi masyarakat awam yang ingin belajar Islam secara mandiri. Asalkan tetap melakukan check richek ke sumber yang lebih valid. Misalnya, data Google Trends 2025 menunjukkan pencarian terkait cara bertaubat dan tadarus Al-Qur'an meningkat signifikan, dan Deep Seek menjadi salah satu sumber utama yang dirujuk.
Namun, penggunaan teknologi dalam dakwah juga memunculkan tantangan tersendiri. Siapapun yang menggunakan AI perlu melakukan double cek ke sumber resmi. Teknologi seperti Deep Seek harus digunakan dengan bijak. Jangan sampai kehilangan esensi dakwah.
Bagi generasi milenial dan Gen Z, Deep Seek menjadi jembatan antara tradisi dan modernitas. Fitur yang disediakan bisa membuat ibadah menjadi lebih menyenangkan dan kompetitif.
Survei dari Pew Research Center 2025 menunjukkan bahwa 70% pengguna Deep Seek berusia di bawah 30 tahun, membuktikan bahwa platform ini berhasil menarik minat generasi muda.
Dengan segala keunggulannya, Deep Seek telah membuktikan bahwa teknologi dan dakwah bisa berjalan beriringan. Di bulan Ramadhan 2025, platform ini tidak hanya menjadi alat bantu, tetapi juga inspirasi bagi umat Muslim untuk memanfaatkan teknologi dalam mendekatkan diri kepada Allah.
Kita berharap, Indonesia segera mampu membuat AI yang lebih canggih dan bermanfaat. Termasuk bermanfaat untuk penyebaran dakwah.
Di penghujung Februari lalu, Kementerian Komunikasi Digital turut buka suara soal kemungkinan Indonesia membuat kecerdasan buatan (AI). Ide itu awalnya dilontarkan Ketua Dewan Ekonomi Nasional, Luhut Binsar Pandjaitan.
Wakil Menteri Komdigi, Nezar Patria, menganggap ide Luhut sangat bagus. Ia menilai Indonesia memiliki peluang besar dalam pengembangan AI, bahkan berpotensi menjadi champion di Asia Tenggara. Kita doakan semoga wacana itu bisa segera diwujudkan.
